Jumat, 22 Juni 2012

SUKSES adalah proses

Sukses adalah dinilai dari sebuah proses, bukan hasil akhir.
Success is a journey”. Sukses adalah perjalanan, bukan hasil akhir. Hal ini dijelaskan dalam al-qur’an  surat 4, ayat 100:
“dan barang siapa berhijrah di jalan Alloh, niscaya mereka akan mendapatkan di bumi ini tempat hijrah yang luas dan (rejeki) yangbanyak. Barang siapa keluar dari rumahnya dengan maksud berhijrah karena Alloh dan Rasul-Nya, kemudian kematian menimpanya (sebelum samapai ke tempat yang dituju), maka sungguh, pahalanya telah ditetapkan di sisi Alloh. Dan Alloh Maha Pengampun, Maha Penyayang”.
Dari ayat di atas dapat dipahami bahwa, kesuksesan seseorang dilihat dari proses dalam menjalani kehidupan itu, bukan menilai sukses berdasar hasil akhir.
Sebagai ilustrasi, seseorang menimba ilmu di suatu sekolah tinggi terkemuka, maka, seseorang itu dikatakan sukses jika setelah keluar dari sekolahan tersebut bisa mempunyai jabatan tinggi dan terkemuka. Itu premahaman sukses yang KELIRU. Yang benar dan berdasar al-qur’an, maka seseorang yang sekolah itu dikatakan SUKSES jika dia bisa menjalani PROSES-PROSES dalam menjalani sekolahnya dengan baik dan benar, kemudian HASIL AKHIR dari kegiatannya bersekolah itu adalah ada digenggaman Alloh semata, seseorang yang sekolah itu tidak memiliki hak untuk memastikan hasil akhirmya.
Itulah pemahaman sukses yang sesungguhnya berdasarkan perkataan (firman) Alloh. Tapi di lain sisi, tidak sedikit orang yang salah dalam memahami SUKSES yang harus diraih. Kesalahan pemahaman ini kadang terjadi pada umat islam yang belajar islam dari orang islam. Seharusnya belajar islam dari al-qur’an dan Assunah.
Kejadian ini tersirat juga dalam sebuah kisah seorang pada jaman sahabat, seseorang itu membunuh sebanyak 99 orang selama hidupnya. Kemudian seseorang itu ada keinginan untuk bertobat. Kemudian dia mendatangi seorang muslim, dan bertanya. “bagaimana kami hendak bertaubat, tapi bisakah kami bertobat karena kami telah membunuh sebanyak 99 orang selama hidup kami”, seorang muslim itu menjawab, “wah begitu banyak sekali kamu membunuh orang, bagaimana kamu bisa bertobat”. Maka pembunuh itu membunuh seorang muslim itu, sehingga orang yang dibunuhnya genap menjadi 100 orang. Kemudian dia mendatangi lagi seorang muslim alim, kemudian bertanya lagi tentang cara yang bisa dia tempuh untuk bertobat. Seorang alim itu menjawab, “pergilah (berhijrah) ke tempat yang baik, yang terletak di suatu tempat”. Maka si pembunuh itu menuju tempat yang ditunjukan oleh seorang alim itu. Di tengah jalan sebelum sampai ke tempat yang hendak dituju, dia menemui ajalnya. Kemudian para malaikat menimbang pahala si pembunuh itu berdasar jauh dekatnya jarak yang hendak dituju untuk bertobat dengan dosanya membunuh 100 orang.
Dari kisah di atas, meski seseorang pada masa lalunya memiliki kisah tidak baik dalam beribadah atau mendekatkan diri pada Alloh, tapi ada perbaikan di hari-hari berikutnya, maka Alloh MahaPengampun.
Di lain sisi, terkadang ada orang yang bertanya tentang perlunya beribadah. ‘buat apa ibadah dari sekarang, sudah saja ibadah nanti pas hari ajal telah dekat’. Maka ibadah yang dijalankan semacam itu, apakah bisa memenuhi tujuan hakiki dari ibadah itu? Tujuan dari IBADAH tiada lain yaitu untuk suatu perantara untuk mendapat RAHMAT dari Alloh SWT.
Kesuksesan atau kemenangan harus benar-benar dipahami oleh umat islam, karena tidak sedikit orang yang salah memahami sukses itu sendiri, sehingga betapa sulitnya menjalani hari-hari karena salah pemahaman. Kemenangan atau kesuksesan juga dijelaskan dalam al-qur’an surat al-imran (3) ayat 100, bahwa: “setiap yang bernyawa akan merasakan (mencicipi) mati. Dan hanya pada hari kiamat sajalah diberikan dengan sempurna balasanmu. Barang siapa dijauhkandari neraka dan dimasukan ke dalam surge, sungguh, dia memperoleh kemenangan”.
Memahami sukses itu sendiri, kita bisa berkaca pada sosok sukses, yang tidak diragukan lagi kesuksesannya, yaitu Rasulullah, Muhammad SAW. Dia adalah orang sukses yang diakui dunia, baik oleh orang islam maupun non-islam. Sehingga dalam sebuah buku yang ditulis oleh orang barat, Rasulullah di tempatkan pada urutan orang pertama yang berhasil (sukses) dalam merubah atau mempengaruhi peradaban manusia. Padahal kalau kita lihat, Rasulullah bukan lah sukses karena bergelar professor, bukan juga sukses karena kemandirian, bukan juga karena kekayaan, bukan juga karena keshalihannya. Dia tetap orang biasa. Kesuksesan bukan karena harta karena Rasulullah pun setelah meninggal dunia tidak lah meninggalkan harta yang bergelimang, hanya meninggalkan tempat tidurnya dari pelepah kurma. Sukses juga bukan karena kemandirian, karena buktinya Rasulullah pun membutuhkan para sahabat-sahabat untuk menyelesaikan dan membantu beragam kegiatan dia (dia tidak bisa bekerja sendiri, dan tetap membutuhkan orang lain). Shalih saja, juga tidak cukup untuk meraih sukses, karena Rasulullah pun pernah salah, sehingga mengharamkan makanan, adahal hak untuk mengharamkan atau menghalalkan makanan hanyalah hak Alloh.
SUKSES kalau kita singkat dalam suatu rumus mudah, maka sebagai berikut:
KEJADIAN + TINDAKAN = SUKSES/GAGAL
KEJADIAN + TINDAKAN BURUK = GAGAL
KEJADIAN + TINDAKAN BAIK = SUKSES
Jadi kunci SUKSES ada pada tindakan/amal (Al-qur’an 67:2).
Dan ketahuilah, bahwa ALloh itu melihat PROSES yang dijalani seseorang –baik atau tidak, sedangkan hasil akhir adalah hak Alloh semata.
waallohu’alam.


(Sumber: Ustadz Doddy Al Jambary, Masjid Cut Mutiah, Jakarta Pusat)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar